Seringkali kita kecewa dengan seseorang yang tengah melakukan kesalahan. Baik kesalahan kecil apalagi kesalahan besar. Kita tidak terima kesalahan itu dilakukakan oleh seorang manusia biasa. Akhirnya kita menjadi murka melihatnya.
Ada orang tua yang marah karena anaknya belum dapat kerja, padahal sudah sarjana.
Ada anak yang kecewa melihat orang tuanya yang kurang perhatian.
Ada kakak yang jengkel akan kelakuan adiknya yang suka lamban.
Ada adik yang tidak terima selalu di nomor duakan dari kakaknya.
Ada teman yang suka datang terlambat tiap janjian.
Ada dan akan selalu ada kekecewaan dalam diri kita jika kita tidak pernah mau saling menyadari keterbatasan orang lain.
Hidup dalam kekecewaan.. duh begitu sulitnya hidup ini.
Hal ini tidak akan terjadi jika kita mau melihat setiap manusia sebagai seorang manusia. Yang penuh dengan kelemahan. Tidak peduli berapa usia, gender, kedudukan, atau apapun latar belakangnya karena semuanya berpotensi untuk melakukan kesalahan. Termasuk diri kita.
Seorang manusia adalah makhluk yang lemah..
Jika kita menyimpan harapan yang besar kepada sesuatu yang lemah besar kemungkinan kita akan kecewa. Maka simpanlah harapan itu kepada Dzat yang Maha Kuat maka kita tidak akan kecewa.
Barangsiapa yang hanya bersedia bersahabat dengan orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, maka sebaiknya ia bersahabat dengan makhluk lain selain manusia.
Seorang tabi'in yang mulia, Abu Raja' bin Haiwih pernah mengatakan "Barangsiapa yang tidak bersaudara kecuali kecuali dengan orang yang tidak memiliki aib, maka kawannya sangat sedikit. Barangsiapa tidak ridha terhadap saudaranya kecuali dengan keikhlasan kepadanya, maka kebenciannya tidak pernah berakhir. Barangsiapa memaki saudara-saudaranya atas setiap dosa, maka musuhnya sangat banyak."
Jika kita mau mencari kebahagiaan, tuntunlah diri untuk menyadari keterbatasan orang lain sebagaimana kita tau betapa terbatasnya diri kita.
0 comments:
Posting Komentar
Poskan Komentar