Ketika manusia mendapatkan musibah demi musibah sehingga membuat jiwanya sempit dan terguncang, biasanya ia akan datang kepada orang lain untuk mencurahkan isi hatinya. Ia tidak bisa membiarkannya berlarut-larut. Meskipun demikian, orang yang tertimpa musibah itu akan merasa senang karena telah mengeluarkan isi hatinya yang penuh sesak. Jika ia pergi kepada orang lain yang ia tahu bahwa orang itu mampu mengatasi problem yang dihadapinya, maka ia merasa lega ketika ia bisa mengeluhkan musibah yang dihadapinya.
Keluhan bagi manusia, betapa pun, dapat mengurangi kelezatan dan kegembiraan. Sebab, ia merasa bahwa dirinya berada dalam keadaan lemah sehingga orang lain yang tidak beda dengannya menolongnya. Pertolongan adalah salah satu sifat kuat yang tidak dimiliki oleh orang yang tertimpa musibah pada saat itu. Meskipun ia merasa gembira, tapi kegembiraan tersebut terasa berkurang karena perasaan tersebut.
Tetapi apabila ia kembali kepada Allah yang Maha Memiliki kerajaan lagi Mahakuasa atas segala sesuatu, mengadukan musibah yang menimpanya berikut segala penderitaan yang dia rasakan, dan meminta segala yang dikehendakinya di hadapan Allah,

Setelah ia dapat mengosongkan segala yang ada di dalam hatinya, dengan air mata bercucuran sebagai tanda ketundukan dan pengakuan atas kelemahan dirinya di hadapan Allah, maka bertiuplah angin kelezatan ke dalam hatinya, sehingga ia dapat merasakan keindahannya. Kelezatan ini semakin tampak jelas ketika dia sedang bersujud, yang merupakan bentuk ketundukan yang paling tinggi kepada Allah dan yang memposisikan seorang hamba lebih dekat kepada_Nya. Karenanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
Nikmat yang diperoleh dari berdoa, merendahkan diri, dan pengakuan tulus (atas kelemahannya) di hadapan Allah Subhaanahu wa Ta'ala, itulah yang menopang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pada periode Mekah. Tatkala beliau menghadapi berbagai macam kesulitan dan menyesakkan hati, berupa penolakan kaum kafir terhadap dakwah yang beliau serukan. Beliau memanggil Bilal dan berkata kepadanya,
"Berdirilah Bilal, dan hiburlah kami dengan shalat."
(HR. Abu Daud, dengan sanad shahih)
Dengan demikian, shalat menjadi hiburan tatkala beliau tertimpa musibah.
Sumber: Ta'ammulat Ba'da Al Fajr ~ Syaikh Abdul Hamid al-Bilali
"Sedekat-dekat hamba kepada Allah adalah saat sujud, karena itu perbanyaklah berdoa (dalam sujud)."(HR.Muslim)
Nikmat yang diperoleh dari berdoa, merendahkan diri, dan pengakuan tulus (atas kelemahannya) di hadapan Allah Subhaanahu wa Ta'ala, itulah yang menopang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pada periode Mekah. Tatkala beliau menghadapi berbagai macam kesulitan dan menyesakkan hati, berupa penolakan kaum kafir terhadap dakwah yang beliau serukan. Beliau memanggil Bilal dan berkata kepadanya,
"Berdirilah Bilal, dan hiburlah kami dengan shalat."
(HR. Abu Daud, dengan sanad shahih)
Dengan demikian, shalat menjadi hiburan tatkala beliau tertimpa musibah.
Sumber: Ta'ammulat Ba'da Al Fajr ~ Syaikh Abdul Hamid al-Bilali
0 comments:
Posting Komentar
Poskan Komentar